“Dirikanlah shalat dan berkurbanlah.” (QS. Al Kautsar: 2)
“Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam berkurban dengan dua ekor kambing kibasy putih yang telah tumbuh tanduknya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al Hajj: 37)
Berkurban bukan hanya untuk orang yang kaya harta, melainkan yang juga kaya hatinya. Contohnya Mak Yati. Beliau adalah pemulung yang sehari-hari hanya berpenghasilan kurang lebih Rp. 25 ribu namun hatinya teguh dan kokoh untuk berkurban. Mak Yati merasa malu setiap tahun mengantre ambil daging kurban, kemudian Ia justru bertekad ingin berkurban. Dengan niat kuat dan ikhtiar yang konsisten, dalam waktu 3 tahun akhirnya Ia berhasil mengumpulkan uang untuk membeli 2 ekor kambing kurban! Allahu akbar. Kalau Mak Yati bisa, masihkah ada alasan bagi kita untuk tidak berikhtiar sekuat-kuatnya?
Kita tahu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkurban dengan 2 ekor kambing kibasy putih. Namun kita juga harus tahu bahwa saat berhaji, beliau "...membawa 100 ekor unta untuk al hadyu (kurban bagi orang yang haji). Beliau menyembelih 63 ekor unta, dan mewakilkan ke Ali untuk menyembelih sisanya" (Shahih Ibnu Hibban) Maka ketika Rasulullah setotal itu dalam beribadah kurban, tidakkah kita ingin totalitas semampu kita untuk meneladani beliau?
Kisah Nabi Ibrahim yang diminta menyembelih Nabi Ismail sudah disyiarkan di mana-mana. Namun ada satu hikmah yang diceritakan oleh Ibnu Katsir tentang betapa indah maknanya. Satu di antaranya adalah ketika Nabi Ibrahim sudah berserah diri pada Allah tentang perintah yang berat itu, maka Allah menyediakan solusi dan jalan keluar yang luar biasa. Begitu pula kita hari ini, jika ada hal-hal berat pada urusan kita, maka taat dan berserah dirilah pada Allah lalu nantikanlah solusi terbaik dari Yang Maha Kuasa. Niscaya Allah akan berikan jalan keluar terbaik untuk kita.
No post found!
Hewan-hewan ternak dari Australia dikenal di seluruh dunia karena teknik manajemen peternakan dan pengembangbiakan hewan mereka yang memiliki standar khusus mulai dari peternakan hingga pengolahan untuk memastikan kualitas dagingnya terjaga. Selain itu, hewan-hewan ternak di Australia juga dikontrol ketat agar selalu terjamin kesehatannya, kehigienisannya, bahkan kehalalannya! Iya, komunitas Muslim di Australia sangat serius untuk ikut serta menjaga kehalalan makanannya. Rumah Potong Hewan (RPH) di Australia juga terkenal akan kecanggihan, kerapihan dan kehigienisannya dalam beroperasi. Ada kontrol rutin dari dinas terkait untuk menjaga daging-dagingnya tetap berkualitas dan aman dikonsumsi.
Teknologi Cold Chain sangat penting untuk menjaga umur simpan daging yang lebih lama, sehingga dapat meminimalisir penurunan kualitas daging. Daging yang disimpan dalam keadaan beku akan bertahan jauh lebih lama daripada daging yang disimpan pada suhu normal. Teknologi Cold Chain kami siapkan sejak pascapemotongan hingga pengantaran. Hal yang paling penting adalah Cold Storage atau ruang penyimpanan beku. Maka, meski daging kurban berasal dari Australia, dengan teknologi Cold Chain insyaa Allah daging tersebut akan tiba di Indonesia masih dengan kualitas prima.
Rumah Potong Hewan (RPH) adalah salah satu pos penting dalam prosesi kurban. Kualitas RPH akan berkaitan dengan kesehatan, kehigienisan, bahkan kehalalan! Saat pemotongan hewan kurban, maka harus dipastikan yang memotong adalah seorang Muslim agar sesuai syariat Islam. Kemudian Muslim tersebut juga harus bersertifikasi karena itu akan memengaruhi kualitas, kesehatan dan kehigienisan daging yang nantinya akan dikonsumsi. RPH profesional berstandar internasional juga akan dikontrol secara rutin oleh otoritas terkait agar terus konsisten melakukan pekerjaan dengan pelayanan prima.
Berat: 50 Kg
Proses pendistribusian tahap pertama dilakukan paling cepat 2 bulan pasca Idul Adha dan akan selesai dalam jangka waktu 3 bulan. Setelah proses penyembelihan di hari H Idul Adha, daging kurban akan melalui proses pencacahan, pengemasan, dan pembekuan pada suhu -21 derajat. Setelah itu, paket-paket berisi daging kurban tersebut akan diangkut ke Indonesia dengan menggunakan kapal laut dalam keadaan beku dan di ruang berpendingin.
YSI bekerjasama dengan Kementerian Sosial Republik Indonesia dan/atau Dinas Sosial Provinsi serta tokoh masyarakat dan relawan setempat dalam menentukan penerima manfaat untuk memastikan bahwa penerima daging kurban ini memang benar-benar membutuhkan. Setelah Kementerian Sosial Republik Indonesia dan/atau Dinas Sosial Provinsi menetapkan dan memberikan daftar penerima manfaat, YSI akan melangsungkan proses distribusi langsung ke lokasi yang telah disepakati.
YSI hanya mendistribusikan daging kurban bagi penerima manfaat yang telah disepakati bersama dengan Kementerian Sosial Republik Indonesia atau Dinas Sosial Provinsi serta berdasarkan rekomendasi tokoh masyarakat setempat.
Yayasan Server Indonesia (YSI) adalah sebuah organisasi sosial kemanusiaan yang menyalurkan amanah kurban dan zakat dari umat Islam di seluruh dunia untuk masyarakat Indonesia yang membutuhkan.
Berdiri secara resmi pada tahun 2006 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), YSI mengawali 6 tahun pertamanya dengan menyalurkan amanah para donatur di wilayah DIY. Pada tahun 2014-2016, YSI melanjutkan aktivitasnya di wilayah Jawa Timur. Kemudian sejak 2016 hingga saat ini, YSI melanjutkan kegiatannya di Nusa Tenggara Barat.
Sejak awal berdiri, YSI telah mendistribusikan daging kurban kepada hampir 1 juta keluarga Indonesia di 6 provinsi yang berbeda. Selain pendistribusian daging kurban, YSI juga menyalurkan zakat dalam bentuk paket sembako dan bantuan tunai kepada 5.000 keluarga setiap tahunnya.
Sejak awal, YSI berkolaborasi dan berkoordinasi dengan MEC Foundation, sebuah organisasi kedermawanan independen yang berbasis Australia. Untuk info lebih lanjut tentang MEC Foundation, klik di sini.
Seluruh proses ibadah kurban yang dilakukan YSI dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam oleh rumah potong berstandar dunia, melalui tangan-tangan warga muslim di Australia yang direkomendasikan majelis ulama setempat. Daging yang dikirim dari Australia juga melalui proses pemeriksaan ketat terkait kesehatan dan kehalalan oleh dinas karantina hewan pada saat masuk di pelabuhan Indonesia. Faktor kehalalan dan kesehatan (higienitas) sangat menjadi perhatian bagi YSI.