Zakat adalah ibadah dengan akal sehat. Oleh karena itu, terutama di zaman keegoisan, individualisasi, dan sekularisasi yang berkembang pesat ini, zakat akan mengingatkan orang bahwa mereka memiliki saudara dan saudari yang mengingat mereka dan mereka tidak dilupakan. Jika seorang muslim acuh tak acuh terhadap kebutuhan sesamanya, ini hanya bisa disebut kesengsaraan dalam perspektif Islam. Nabi Muhammad berkata: “Belas kasihan hanya dirampas oleh mereka yang terkutuk.” Tirmizi, Birr 16
Zakat merupakan bantuan yang menghancurkan simbol kemiskinan di mata orang kaya.
Zakat memurnikan kekurangan dan meningkatkan kelimpahannya.
Zakat mencegah peredaran uang hanya antara orang kaya dan menghasilkan keseimbangan dalam masyarakat.
Zakat mencegah manusia menyembah uang, memutus rantai hawa nafsu,serta melindungi hati dari kedengkian. Itu adalah tanda syukur kepada Allah. Ini memberi kesempatan untuk menukar kemiskinan duniawi dengan kekayaan di akhirat. Bisakah ada investasi yang lebih baik dan menguntungkan dari itu? Orang yang memberi zakat, lepas dari jeratan uang dan kemiskinan. Zakat justru menambah harta pemberi dan mengembangkan kepribadiannya.
Zakat mendorong orang miskin untuk bekerja lebih keras, meningkatkan perannya di masyarakat, dan menghapus rasa iri.
Dari perspektif lain, zakat berperan seperti jaminan jaminan sosial. Ia mencoba untuk menghasilkan kelas menengah dalam masyarakat. Ini adalah metode yang mencegah penimbunan uang di satu sisi saja.
Dengan segala aspek, zakat menyatukan masyarakat yang membutuhkan dan kaya. Zakat juga memurnikan manusia, jiwa, dan kemiskinan. Sebagai ibadah yang mempersatukan orang dan membawa orang itu lebih dekat kepada Allah, zakat memiliki kepentingan dan fungsi yang besar.
Islam adalah agama pemurnian. Pemurnian orang lain dan kita. Mari kita mulai …